PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA) (Berita/beritahalus) |
Menurut pandangan Ketua Dewan Teh Indonesia Bambang Mortioso, menurutnya kinerja perusahaan SAEA lebih karena adanya kesalahan strategi bisnis. Beberapa tahun lalu perusahaan berinvestasi di sektor hulu dengan membangun teknologi pengairan utnuk kebunnya.
"Menurut saya awalnya karena gagal investasi. Setahu saya menerapkan teknologi pengelolaan air dalam rangka meningkatkan produktivitas. Secara teknis it's okey, tapi secara ekonomis tapi tidak layak. Sehingga investasi tidak bisa kembali. Angkanya saya kurang tahu," tuturnya kepada beritahalus, Jumat (19/10/2018).
Bambang menilai investasi itu, tidak efisien bagi bisnis teh tanah air. Sebab fungsi dari tekologi pengola air itu tidak efektif dalam memasok kebutuhan air ke perkebunannya.
"Kalau musim kemarau kan memang susah air. Tapi padahal waduk ketika kemarau juga tetap kering. Jadi ada miss management dari perusahaan," singkatnya.
Investasi itu menurutnya ketika perusahaan sudah di bawah manajemen yang baru dan tak lagi diurusi oleh keluarga sang pendiri. Dia juga menilai investor bari itu tidak mempertimbangkan kondisi perusahaan.
"Orang mau membeli perusahaan harus tau dalemannya. Keluarga Supit sudah jual saya yakin transparan. Hanya pembelinya ini sepertinya tidak melakukan feasibility study. Masalahnya tadi salah investasi dehingga tidak bisa recovery," ungkapnya.
Seperti diketahui Johan Alexander Supit sang pendiri perusahaan meningggal pada 21 November 2015, kursi pucuk pimpinan diteruskan oleh anaknya Andrew Supit. Namun posisi tersebut tak lama diduduki oleh Andrew.
Kepada beritahalus, Andrew mengatakan sudah tak lagi menjadi Direktur Utama PT Sariwangi sejak 30 Oktober 2015. Perusahaan tersebut diambil alih oleh pihak asing, yakni CR AROMA.
"Saya sudah tidak menjadi Direktur Utama PT Sariwangi A.E.A. Sejak 30 Oktober 2015 semenjak perusahaan diambil alih oleh perusahaan asing," singkatnya.
Dia mengatakan, perusahaan asing tersebut mengusai 70% dari Sariwangi A.E.A. Setelahnya, pihak keluarga tak lagi ikut terlibat dalam perusahaan tersebut. Keluarga tak lagi terlibat sejak 30 Oktober 2015 lalu.
Sementara untuk merek Sariwangi sudah dibeli oleh Unilever sejak 1989. sehingga produk Sariwangi yang tersebar di toko-toko bukan milik SAEA.
0 Komentar